OBSESI dan HARGA DIRI KERAJAAN SUNDA DAN KERAJAAN JAWA (SAUDARA SATU LELUHUR)

6 01 2010

SEJARAH PERANG BUBAT ABAD 14 PERTENGAHAN

Kerajaan Majapahit BEROBSESI menyatukan nusantara,  sementara kerajaan Sunda-Galuh tidak mau bergabung. Oleh karena itu digunakan siasat untuk mewujudkan obsesi tersebut.  Siasatnya adalah Hayam wuruk melamar Putri Dyah Pitaloka putri Raja Sunda  Maharaja Linggabuana, pernikahannya diminta dilaksanakan di Kerajaan majapahit. Sesuatu yang tak lazim pengantin perempuan mendatangi pengantin pria. Raja Linggabuana menghormati Raja Hayam Wuruk, karena  Mahapatih  adalah negara besar penguasa Nusantara. Raja sunda dan sedikit perwiranya mengantarkan putri tercintanya ke kerajaan majapahit untuk menikahkan Dyah pitaloka dengan Hayam Wuruk dan sekaligus mempererat persaudaraan satu leluhur, mengingat pendiri Majapahit yaitu Raden Wijaya adalah keturunan Raja Sunda.

Di desa bubat, diketahui bahwa kedatangan raja sunda dan calon permaisuri Dyah Pitaloka ke Kerajaan Majapahit, di mata Mahapatih Gajah Mada  dan tentaranya sebagai tanda bertekuk lututnya kerajaan sunda kepada kerajaan Majapahit. Raja Sunda Linggabuana yang semula berniat mengantarkan putrinya untuk menikah dan mempererat persaudaraan dengan Raja Majapahit, tersinggung hatinya jika dikatakan kedatangannya adalah Tanda bertekuk lutut pada majapahit pemilik sumpah palapa itu. Linggabuana merasa harus mempertahankan HARGA DIRI sebagai seorang KSATRIA. Terjadilah pertempuran yang tidak seimbang! Akhirnya seluruh rombongan PENGANTIN raja sunda yang berhadapan dengan seluruh TENTARA pasukan Gajah Mada, musnah binasa, termasuk wanita cantik Dyah Pitaloka yang bertempur dengan Gajah mada, gugur tak bersisa. (Cuplikan JAYAGILA: OBSESI melawan HARGA DIRI).

SEJARAH PERANG JAYAKARTA MELAWAN VOC ABAD 16 AWAL

Pemicunya adalah Jayakarta dan Banten tidak setuju atas usulan Company (Perusahaan VOC!) bahwa pemakaian tanah perusahaan harus diubah status sebagai tanah Hak Milik Perusahaan (VOC). Jayakarta dan Banten (Kerajaan Islam Sunda) dalam undang-undangnya pada waktu itu adalah bahwa Tanah adalah Milik Allah (Negara hanya mengatur agar masyarakat memiliki hak pakai atau hak guna usaha), tidak boleh menyebutkan tanah sebagai hak milik (memunculkan ego penyamai Allah seperti pengakuan Firaun dan bertentangan dengan petunjuk Al-qur’an). Pengakuan Tanah sebagai Hak Milik pada waktu itu merupakan KEKAFIRAN murtad pada ajaran Allah.

Pemicu persoalan status tanah menyebabkan perang besar selama hampir 13 tahun 1606-1619  (Sunda Kelapa, Jakarta sekarang). Kerajaan Islam Sunda (Banten dan jayakarta) meminta bantuan pada saudaranya Kerajaan Cirebon dan Kerajaan Mataram Jawa Tengah generasi Mataram Lama). Perang besar terus berlangsung, Perusahaan VOC yang memiliki satpam-satpam pribumi ditambah pasukan satpam VOC dari Maluku yang dipersenjatai dengan senjata modern eropa harus berhadapan dengan tentara kerajaan yang memiliki senjata golok dan pedang. Akhirnya Pasukan Kerjaan Islam Banten jayakarta harus mundur dan bergerilya. Perusahaan VOC berada dalam tampuk kekuasaan di sebelah Jawa bagian Barat. Sisa Pasukan Kerajaan Islam banten secara terus menerus mempertahankan HARGA DIRI nya sebagai manusia yang tunduk pada aturan Allah bahwa langit dan bumi adalah milik Allah.

Kondisi Keturunan Kerajaan Islam Jawa bagian Barat yang  telah lumpuh,  generasi penerus Kerajaan Mataram (Hamengkubuono) dan Surakarta (Paku Buono) serta Kerajaan Cirebon (Kasepuhan, kanoman) memilih menjual harga dirinya mengikuti aturan dan tunduk pada Perusahaan VOC  dan bertekuk lutut serta mengakui bahwa kerajaan mereka sebagai bagian dari pemerintahan Belanda, agar OBSESI untuk tetap eksis tercapai. Berbeda dengan generasi penerus kerajaan Islam Banten dan Jayakarta lebih baik kerajaannya hancur lebur tak bersisa untuk mempertahankan HARGA DIRI sebagai umat islam yang tunduk pada sistem pertanahan sesuai petunjuk Allah, tidak bersedia menerapkan sistem kaum kafir yang ingkar dari ajaran Allah. (OBSESI melawan HARGA DIRI)





Daramang?!

8 02 2009

Wilujeung Sumping ka WordPress.com. Hayu urang ngawitan ngaraketkeun duduluran!